Pada masa pemerintahan Ki Ageng Reksogati 
dan Pangeran Timur nama Madiun belum ada, daerah ini dulu disebut 
Kadipaten Puroboyo. Asal kata Madiun mempunyai banyak versi, yang 
ditinjau dari berbagai sudut pandang, diantaranya yaitu : 
Gabungan
 dari : kata “medi” (hantu) dan “ayun-ayun” (berayunan), yaitu 
dikisahkan ketika Ki Mpu Umyang / Ki Sura bersemedi untuk membuat 
sebilah keris di sendang panguripan ( sendang amerta ) di Wonosari ( 
Kuncen, sekarang ) diganggu gendruwo/ hantu yang berayun-ayun di pinggir
 sendang, maka keris tersebut diberi nama ”Tundung Mediun”. 
Kemudian
 cerita lain berasal dari “Mbedi” (sendang) “ayun-ayunan” (perang 
tanding) yaitu perang antara Prajurit Mediun yang dipimpin oleh Retno 
Djumilah di sekitar sendang. 
Kata ”Mbediun” sendiri sampai sekarang masih lazim diucapkan oleh masyarakat terutama di daerah Kecamatan Kare, Madiun. 
Mereka mengucapkan Mbediun untuk menyebutkan Madiun, 
Versi
 berikutnya adalah Madya-ayun yaitu Madya ( tengah ) ayun ( depan ), 
Pangeran Timur adalah adik ipar dan juga salah satu bangsawaan Demak 
yang sangat di hormati oleh Sultan Hadiwijoyo di Kasultanan Pajang, maka
 pada waktu acara pisowanan beliau selalu duduk sejajar dengan Sultan 
Hadiwijoyo di Madya ayun ( tengah depan )
Asal Mula Nama Madiun
Madiun pada Masa Kerajaan Mataram Islam
Pada akhir Pemerintahan 
Majapahit atau Masa kejayaan Kasultanan Demak Bintoro di wilayah Madiun 
selatan terdapat Kadipaten Gegelang atau Ngurawan yang didirikan oleh 
Pangeran Adipati Gugur salah satu putra Prabu Brawijaya V. Dengan 
perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Pati Unus dengan Raden Ayu
 Retno Lembah putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di 
Ngurawan ( mungkin Dolopo sekarang ) maka pusat pemerintahan dipindahkan
 dari Ngurawan ke Desa Sogaten dengan nama baru yaitu Purabaya. 
Pangeran
 Surya Pati Unus menduduki Tahta Kabupaten Purabaya menggantikan Kyai 
Ageng Reksogati yang sebelumnya diangkat oleh Kasultanan Demak sebagai 
pemimpin sekaligus penyebar agama Islam di wilayah Sogaten mulai tahun 
1518 (Sogaten = tempat Kyai Reksogati) berdasarkan penduduk setempat 
istana Purabaya di Sogaten disebut Bale kambang dan terdapat pula dusun 
Santren ( mungkin dulu tempat Pesantren Kyai Reksogati )
Pangeran
 Timur dilantik menjadi Bupati di Purabaya bersamaan dengan dilantiknya 
Hadiwijoyo sebagai Sultan Pajang tanggal 18 Juli 1568, pemerintahan 
berpusat di Desa Sogaten dan Sidomulyo sekarang. Sejak saat itu secara 
yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintahan 
Kabupaten di bawah Kasultanan Pajang ( sebagai penerus Demak). 
Pada
 tahun 1575 pusat pemerintahan dipindahkan dari Sogaten ke Desa 
Wonorejo/Wonosari di sebut juga Kutho Miring (Kuncen sekarang) yang 
letaknya lebih strategis karena diapit 2 sungai yaitu Kali Catur dan 
Nggandong, sampai tahun 1590. 
Pada tahun 1586 Kesultanan Pajang 
Runtuh akibat adanya konflik internal dan serangan dari Mataram, maka 
Panembahan Rama (sebutan lain pangeran Timur) menyatakan bahwa Purabaya 
adalah kabupaten bebas yang tidak terikat dengan hierarki Mataram, 
dengan tidak tunduknya Purabaya pada Panembahan Senopati, maka Mataram 
segera mengirim expedisi militer untuk menaklukan Purabaya sebagai 
pimpinan Kabupaten Mancanegara Timur (Brang wetan), tahun 1586 dan 1587.
 
Namun prajurit Mataram selalu menderita kekalahan yang cukup 
berat. Prajurit Purabaya dan sekutu dipimpin oleh Raden Ayu Retno 
Djumilah yang telah mendapatkan mandat dari ayahnya Panembahan Rama. 
Retno Djumilah memimpin seluruh Kabupaten Mancanegara Timur diantaranya,
 Kabupaten Surabaya, Pasuruan, Kediri, Panaraga, Kedu, Brebek, Pakis, 
Kertosono, Ngrowo, Blitar, Trenggalek, Tulung, Jogorogo dan Caruban. 
Pada
 tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk dalam versi lain atas
 saran Ki Mandaraka (Ki Juru Mertani) Panembahan Senopati mengutus 
seorang dayang cantik jelita bernama Nyai Adisara untuk menyatakan 
kekalahan dengan membawa surat takluk dan sebagai tanda, Nyai Adisara 
membasuh kaki Panembahan Rama yang airnya nanti digunakan untuk siram 
jamas Panembahan Senopati, hal ini membuat Pasukan Purabaya dan 
sekutunya terlena, maka berangsur-angsur pulanglah pasukan sekutu dari 
Kabupaten Purabaya, dengan ahli strategi Ki Juru Mertani dan 40.000 
prajurit Mataram yang telah bersiap di barat Kali Madiun menyerang pusat
 istana Kabupaten Purabaya, terjadilah perang hebat, tepat pada sore 
hari prajurit Madiun kalah dan banyak yang melarikan diri ke Surabaya, 
tinggalah Raden Ayu Retno Djumilah yang memang sudah ditugaskan 
ayahandanya untuk mempertahankan Purabaya, dengan di bekali pusaka 
Tundhung Mediun yang bernama Keris Kala Gumarang dan sejumlah kecil 
pengawalnya. 
Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan 
Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan disekitar sendang di dekat istana 
Wonorejo (daerah Demangan)
Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut 
oleh Sutawijaya dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah 
dipersunting oleh Sutawijaya kemudian diboyong ke istana Mataram 
sedangkan Panembahan Rama (Ronggo Jumeno) melarikan diri ke Surabaya, 
sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purabaya tersebut maka pada 
hari Jum’at Legi tanggal 16 Nopember 1590 Masehi nama “Purabaya” diganti
 menjadi “Mbediyun ” atau Mediun
Babad Madiun
Sultan Trenggana mempunyai anak 6 orang, yakni Pangeran Mukmin yg lalu 
dinobatkan menjadi seorang wali oleh Sunan Giri yang bergelar Sunan 
Prawata. Putra kedua adalah seorang putri yang dipersunting oleh 
Pangeran Langgar, putra kyai Gede Sampang di Madura. Putri ketiga 
permaisuri Pangeran Hadiri, bupati Kali Nyamat. Putri berikutnya diperistri Panembahan Pasarean di Cirebon.
Putra keenam, disebut Pangeran Timur, lalu diangkat menjadi Adipati di Madiun dan selanjutnya bergelar Panembahan Mediyun.
Waktu itu Madiun masih disebut sebagai Kota Miring. Pangeran Timur yang 
diangkat sebagai bupati di Kota Miring, apabila menghadap ke Pajang, 
diperkenankan duduk bersanding dengan gusti Sultan Pajang, berbeda 
dengan bupati yang lain, oleh karena itu cara menghadap Pangeran Timur 
sering disebut dengan Madiyangayun.
Ngayun yang berarti cara menghadap Pangeran Timur lebih maju dari pada bupati yang lain. 
Madya berarti kedudukan Pangeran Timur sudah seperti setengah raja. 
Oleh karena itu lama kelamaan Kota Miring disebut juga kota Madiun, dan 
yang memerintah di Madiyun disebut Panembahan Senopati Madiyun.
Panembahan Senopati Madiun mempunyai dua orang putra. Yang sulung 
bernama Ajeng Retno Dumilah, dan yang muda diberi nama Raden Lontang.
Saat itu Demak mulai suram dan Pajang mulai timbul. Saat itu Arya 
Penangsang memberontak, dan berhasil dibunuh oleh Sutawijaya, sehingga 
ketenaran Pajang mulai bergeser ke Mataram, dan Sutawijaya bergelar 
Ngabehi Loring Pasar, dan semua bupati takluk kepada Mataram. 
Tapi Madiun tidak takluk ke Mataram, karena masih membela kematian Arya 
Penangsang, yang pada akhirnya nantinya timbul peperangan antara Mataram
 dengan Madiun. 
Agar peperangan tidak berlarut larut, Sunan Giri berkenan turun ke lapangan, dan dipertemukan antara Madiun dengan Mataram. 
Disitu Sunan Giri membuat teka teki.:" Dunia ini ada dua macam, wadhah 
dengan isi." Disini Madiun lebih memilih isi dan mataram lebih memilih 
Wadhah. 
Setelah itu peperangan berhenti, dan utusan Mataram pulang ke Mataram. 
Saat itu di Mataram sedang ada pertemuan, dan para utusan melaporkan 
hasil pertempurannya dg Madiun. 
Sebenarnya sang raja marah mendengar hasil pertemuannya dg Madiun, tapi 
para sesepuh memberi penjelasan kalau memilih wadhah itu lebih utama dan
 lebih bijaksana, namun Mataram juga masih harus tetap 
berhati - hati, karena Madiiun masih mempunyai pusaka sakti, kyai Tundhung Mediyun yang cara mengatasinya amatlah rumit.
Lalu Panembahan Senopati mengutus Nyai Ria Adisara untuk membawa kembang
 setaman ke Madiun perlu untuk mencuci kaki Panembahan Madiun sebagai 
tandha takluk. Tetapi Panembahan Madiun beserta para prajuritnya tidak 
percaya, lalu mereka pergi ke suatu tempat untuk ngongak (melihat dari 
kejauhan) apa benar Mataram mengirim pasukan tandha takluk. Daerah itu 
sampai kini diberi nama desa Pangongakan. 
Setelah Nyai Ria Adisara sampai segera mencuci kaki Panembahan Madiun 
dengan kembang setaman, dan sisa dari air untuk mencuci kaki Panembahan 
Madiun itu lalu dibawa ke Mataram guna dipakai keramas Panembahan 
Senopati.
Tetapi setelah Nyai Ria Adisara meninggalkan Madiun, tiba- tiba para 
prajurit Mataram yg berjumlah ribuan segera menyerang Madiun yg tak siap
 berperang. Bagaikan air bah mereka menyerang Madiun, sampai Madiun 
kebobolan. 
Saat itu Panembahan Madiun , Panembahan Rangga Jumena segera memanggil 
putrinya Raden Ayu Retno Dumillah untuk dipasrahi pusaka keris Tundhung 
Mediyun, untuk dipakai menumpas siapa saja yg berani menembus Kadipaten 
Madiun. 
Dan setelah itu panembahan Rangga Jumena hilang gaib tanpa bekas.
Raden Ayu Retno Dumilah segera membentuk pasukan wanita guna dipakai 
benteng terakhir Madiun. Panembahan senopati mengetahui hal ini segera 
merayu sang dyah ayu. Karena terlena oleh rayuan Panembahan Senopati, dg
 tanpa disadarinya keris Tundhung Mediyun jatuh terlepas 
dan segera disaut panembahan senopati, dan Raden Ayu Retno Dumilah menjadi istri Panembahan Senopati dan Mediyun mulai saat itu menjadi daerah taklukan Mataram.
sumber : http://ceritarakyatdijawatimur.blogspot.com/
Petuah Wong Jowo
Mertuwo wedhok biasane seneng ribut, ati-ati… wenehono duit lak meneng.
Kowe bakal mujur soko email lan internet. Sing ora nduwe email lan internet bakal soro.
1 hari sak wise bakal ono berita apik lan kejutan.
Ojo ngasi mbok ganti. Kirim opo anane. Bakal untung!
Mengapa Rosulullah Selalu Sehat Selama Hidupnya?
Selama  ini kita mengenal dua bentuk pengobatan.  Pengobatan sebelum terjangkit  penyakit / pencegahan ( At thib Al  wiqo`i), dan pengobatan setelah  terjangkit penyakit (at thib al `ilaji).  Nah, dengan mencontoh pola  makan Rasulullah, kita sebenarnya sedang  menjalani terapi pencegahan  penyakit dengan makanan. (attadawi bil  ghidza`). Ini tentu jauh lebih  baik daripada kita harus “berhubungan”  dengan obat-obat kimia. 
Dalam  setiap aktifitas dan pola hidupnya, Rasulullah  memang sudah disiapkan  untuk menjadi contoh teladan bagi semua manusia.,  termasuk dalam hal  pola makan. Memang sih, hanya urusan makanan. Tetapi  kalau dengan pola  makan tersebut, Rasulullah kemudian memiliki tubuh  yang sehat, kuat,  dan sanggup mengalahkan para pegulat, tampaknya kita  harus mikir lagi  untuk mengatakan hanya. Ini bukan perkara remeh. Sebab  salah satu  faktor penting penunjang fisik prima Rasulullah adalah  kecerdasan  beliau dalam memilih menu makanan dan mengatur pola  konsumsinya.
  Hal pertama yang menjadi menu keseharian  Rasulullah adalah udara segar  di subuh hari. Sudah umum di ketahui bahwa  udara pagi kaya dengan  oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain.  Ini ternyata sangat  besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam  aktifitasnya  selama sehari penuh. Maka tidak usah heran ketika kita  tidak bangun di  subuh hari, kita menjadi terasa begitu malas untuk  beraktifitas.  Selanjutnya rasulullah menggunakan siwak untuk menjaga  kesehatan mulut  dan giginya.
  Lepas dari subuh, Rasulullah  membuka menu sarapannya dengan segelas  air yang dicampur dengan sesendok  madu asli. Khasiatnya luar biasa.  Dalam Al qur`an, kata “syifa” /  kesembuhan, yang dihasilkan oleh madu,  diungkapkan dengan isim nakiroh,  yang berarti umum, menyeluruh. Di  tinjau dari ilmu kesehatan, madu  befungsi membersihkan lambung,  mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan  sembelit, wasir dan peradangan.  Dalam istilah orang arab, madu dikenal  dengan “al hafidz al amin”,  karena bisa menyembuhkan luka bakar.
   Masuk waktu dluha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma   ajwa`/matang. Sabda beliau, barang siapa yang makan tujuh butir korma,   maka akan terlindungi dari racun. Dan ini terbukti ketika seorang wanita   yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah dalam sebuah percobaan   pembunuhan di perang khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian   bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Bisyir ibnu   al Barra`, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut,   akhirnya meninggal. Tetapi Rasulullah selamat. Apa rahasianya? Tujuh   butir kurma!
  Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit kanker  ternyata tidak  menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak  mengkonsumsi kurma.  Belakangan terbukti bahwa kurma memiliki zat-zat  yang bisa mematikan  sel-sel kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah  menyuruh Maryam ra,  untuk makan kurma disaat kehamilannya. Sebab memang  itu bagus untuk  kesehatan janin.
  Dahulu, Rasulullah selalu  berbuka puasa dengan segelas susu dan korma,  kemudian sholat maghrib.  Kedua jenis makanan itu kaya dengan glukosa,  sehingga langsung  menggantikan zat-zat gula yang kering setelah  seharian berpuasa. Glukosa  itu suadah cukup mengenyangkan, sehingga  setelah sholat maghrib, tidak  akan berlebihan apabila bermaksud untuk  makan lagi.
  Menjelang  sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan  minyak zaitun.  Tentu saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja,  tetapi di konsumsi  dengan makanan pokok, seperti roti misalnya.  Manfaatnya banyak sekali,  diantaranya mencegah lemah tulang dan  kepikunan di hari tua, melancarkan  sembelit, menghancurkan kolesterol  dan memperlancar pencernaan. Ia juga  berfungsi untuk menncegah kanker  dan menjaga suhu tubuh di musim  dingin.
  Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin dan  zaitun, yang Allah  bersumpah dengan keduanya. Dalam alquran, kata “at  tin” hanya ada satu  kali, sedangkan kata “az zaytun” di ulang sampai  tujuh kali. Seorang  ahli kemudian melakukan penelitian, yang  kesimpulannya, jika zat-zat  yang terkandung dalam tin dan zaitun  berkumpul dalam tubuh manusia  dengan perbandingan 1:7, maka akan  menghasilkan ”ahsni taqwim”, atau  tubuh yang sempurna, sebagaimana  tercantum dalam surat at tin.  Subhanallah! Syaikh Ahmad Yasin adalah  salah seorang yang rutin  mengkonsumsi jenis makanan ini, sehingga  wajarlah beliau tetap sehat,  kuat dan begitu menggentarkan para yahudi,  meskipun lumpuh sejak kecil.  Kalau saja beliau tidak lumpuh, barangkali  sudah habis para yahudi  Israel itu. 
  Di malam hari, menu utama  Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa  riwayat mengatakan, belaiau  selalu mengkonsumsi sana al makki dan  sanut. Anda kenal nama tersebut?  Di mesir, kata Dr. Musthofa, keduanya  mirip dengan sabbath dan ba`dunis.  Masih tidak kenal juga? Dr. Musthofa  kemudian menjelaskan, secara umum  sayur-sayuran memiliki kandungan zat  dan fungsi yang sama, yaitu  memperkuat daya tahan tubuh dan  melindunginya dari serangan penyakit.  Jadi, asalkan namanya sayuran,  sepanjang itu halal, Insya Allah bergizi  tinggi. Maka, para penggemar  kangkung dan bayam tidak usah panik. Para  pedagang tauge juga tidak  perlu pindah haluan. OK?
  Disamping  menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai  Rasulullah  tetapi beliau tidak rutin mengkonsumsinya. Diantaranya  tsarid, yaitu  campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak.  Jadi ya kira-kira  seperti bubur ayam begitulah. Kemudian beliau juga  senang makan buah  yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah  penyakit gula.  Kemudian beliau juga senang makan anggur dan hilbah.
  Sekarang  masuk pada tata cara mengkonsumsinya. Ini tidak kalah  pentingnya dengan  pemilihan menu. Sebab setinggi apapun gizinya, kalau  pola konsumsinya  tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. Yang paling  penting adalah  menghindari isrof, atau berlebihan. Kata Rasulullah,  “cukuplah bagi  manusia itu beberapa suap makanan, kalaupun harus makan,  maka sepertiga  untuk makanannya, sepertiga untuk air minumnya dan  sepertiga lagi untuk  nafasnya” (al hadis). Ketika seseorang terlalu  banyak makanannya, maka  lambungnya akan penuh dan pernafasannya tidak  bagus, sehingga zat-zat  yang terkandung dalam makanan tersebut menjadi  tidak berfungsi dengan  baik. Imbasnya, kondisi fisik menjadi tidak  prima, dan aktifitaspun  tidak akan maksimal. Dr. Musthofa menekankan  bahwa assyab`u ,yang  berarti kenyang itu bukan al imtila` , atau  memenuhi. Tetapi kenyang  adalah tercukupinya tubuh oleh zat-zat yang  dibutuhkannya, sesuai dengan  proporsi dan ukurannya. Jadi ini penting;  jangan kekenyangan!
   Kemudian Rasulullah juga melarang untuk idkhol at thoam alatthoam,  alias  makan lagi sesudah kenyang. Suatu hari, di masa setelah wafatnya   rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Waktu itu daulah   islamiyah sudah sedemikian luas dan makmur. Lalu, sambil menunggu Aisyah   ra, para sahabat, yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling  bercerita  tentang menu makanan mereka yang meningkat dan  bermacam-macam. Aisyah  ra, yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis.  “apa yang membuatmu  menangis, wahai bunda?” tanya para sahabat. Aisyah  ra lalu menjawab,  “dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan  perutnya dengan dua jenis  makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti,  beliau tidak akan makan  kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma,  beliau tidak akan makan  roti”. Dan penelitian membuktikan bahwa  berkumpulnya berjenis-jenis  makanan dalam perut telah melahirkan  bermacam-macam penyakit. Maka  sebaiknya jangan gampang tergoda untuk  makan lagi, kalau sudah yakin  bahwa anda sudah kenyang.
  Yang selanjutnya , rasulullah tidak  makan dua jenis makanan panas atau  dua jenis makanan yang dingin secara  bersamaan. Beliau juga tidak  makan ikan dan daging dalam satu waktu dan  juga tidak langsung tidur  setelah makan malam, karena tidak baik bagi  jantung. Beliau juga  meminimalisir dalam mengkonsumsi daging, sebab  terlalu banyak daging  akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal.  Pesan Umar ra ” Jangan  kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi  hewan-hewan ternak!”. Ayam,  kambing, lembu, kerbau semuanya masuk. Kan  kasihan tuh, tetangga nggak  kebagian. Hehehe… nggak ding! Maksudnya itu  tidak baik bagi kesehatan.
  Jadi begitu, saudara-saudara. Ini  barangkali baru sedikit. Masih  banyak pola hidup sehat ala Rasulullah  yang bisa kita pelajari. Kali  ini, Dr. Musthofa memang khusus membahas  menu makan dan cara  mengkonsumsinya. Dari sini kita bisa tahu bahwa  ternyata Rasulullah  sangat memperhatikan masalah gizi dan menu makanan.  Dan di tengah  mengaburnya semangat untuk mengikuti sunnah rasul, ini  bisa menjadi  spirit untuk memulai menghidupkannya kembali. Apalagi  menu-menu  tersebut terbukti bisa dipertanggungjawabkan secara kesehatan.  Nah,  masih kurang ilmiah?





