Sultan Trenggana mempunyai anak 6 orang, yakni Pangeran Mukmin yg lalu
dinobatkan menjadi seorang wali oleh Sunan Giri yang bergelar Sunan
Prawata. Putra kedua adalah seorang putri yang dipersunting oleh
Pangeran Langgar, putra kyai Gede Sampang di Madura. Putri ketiga
permaisuri Pangeran Hadiri, bupati Kali Nyamat. Putri berikutnya diperistri Panembahan Pasarean di Cirebon.
Putra keenam, disebut Pangeran Timur, lalu diangkat menjadi Adipati di Madiun dan selanjutnya bergelar Panembahan Mediyun.
Waktu itu Madiun masih disebut sebagai Kota Miring. Pangeran Timur yang
diangkat sebagai bupati di Kota Miring, apabila menghadap ke Pajang,
diperkenankan duduk bersanding dengan gusti Sultan Pajang, berbeda
dengan bupati yang lain, oleh karena itu cara menghadap Pangeran Timur
sering disebut dengan Madiyangayun.
Ngayun yang berarti cara menghadap Pangeran Timur lebih maju dari pada bupati yang lain.
Madya berarti kedudukan Pangeran Timur sudah seperti setengah raja.
Oleh karena itu lama kelamaan Kota Miring disebut juga kota Madiun, dan
yang memerintah di Madiyun disebut Panembahan Senopati Madiyun.
Panembahan Senopati Madiun mempunyai dua orang putra. Yang sulung
bernama Ajeng Retno Dumilah, dan yang muda diberi nama Raden Lontang.
Saat itu Demak mulai suram dan Pajang mulai timbul. Saat itu Arya
Penangsang memberontak, dan berhasil dibunuh oleh Sutawijaya, sehingga
ketenaran Pajang mulai bergeser ke Mataram, dan Sutawijaya bergelar
Ngabehi Loring Pasar, dan semua bupati takluk kepada Mataram.
Tapi Madiun tidak takluk ke Mataram, karena masih membela kematian Arya
Penangsang, yang pada akhirnya nantinya timbul peperangan antara Mataram
dengan Madiun.
Agar peperangan tidak berlarut larut, Sunan Giri berkenan turun ke lapangan, dan dipertemukan antara Madiun dengan Mataram.
Disitu Sunan Giri membuat teka teki.:" Dunia ini ada dua macam, wadhah
dengan isi." Disini Madiun lebih memilih isi dan mataram lebih memilih
Wadhah.
Setelah itu peperangan berhenti, dan utusan Mataram pulang ke Mataram.
Saat itu di Mataram sedang ada pertemuan, dan para utusan melaporkan
hasil pertempurannya dg Madiun.
Sebenarnya sang raja marah mendengar hasil pertemuannya dg Madiun, tapi
para sesepuh memberi penjelasan kalau memilih wadhah itu lebih utama dan
lebih bijaksana, namun Mataram juga masih harus tetap
berhati - hati, karena Madiiun masih mempunyai pusaka sakti, kyai Tundhung Mediyun yang cara mengatasinya amatlah rumit.
Lalu Panembahan Senopati mengutus Nyai Ria Adisara untuk membawa kembang
setaman ke Madiun perlu untuk mencuci kaki Panembahan Madiun sebagai
tandha takluk. Tetapi Panembahan Madiun beserta para prajuritnya tidak
percaya, lalu mereka pergi ke suatu tempat untuk ngongak (melihat dari
kejauhan) apa benar Mataram mengirim pasukan tandha takluk. Daerah itu
sampai kini diberi nama desa Pangongakan.
Setelah Nyai Ria Adisara sampai segera mencuci kaki Panembahan Madiun
dengan kembang setaman, dan sisa dari air untuk mencuci kaki Panembahan
Madiun itu lalu dibawa ke Mataram guna dipakai keramas Panembahan
Senopati.
Tetapi setelah Nyai Ria Adisara meninggalkan Madiun, tiba- tiba para
prajurit Mataram yg berjumlah ribuan segera menyerang Madiun yg tak siap
berperang. Bagaikan air bah mereka menyerang Madiun, sampai Madiun
kebobolan.
Saat itu Panembahan Madiun , Panembahan Rangga Jumena segera memanggil
putrinya Raden Ayu Retno Dumillah untuk dipasrahi pusaka keris Tundhung
Mediyun, untuk dipakai menumpas siapa saja yg berani menembus Kadipaten
Madiun.
Dan setelah itu panembahan Rangga Jumena hilang gaib tanpa bekas.
Raden Ayu Retno Dumilah segera membentuk pasukan wanita guna dipakai
benteng terakhir Madiun. Panembahan senopati mengetahui hal ini segera
merayu sang dyah ayu. Karena terlena oleh rayuan Panembahan Senopati, dg
tanpa disadarinya keris Tundhung Mediyun jatuh terlepas
dan segera disaut panembahan senopati, dan Raden Ayu Retno Dumilah menjadi istri Panembahan Senopati dan Mediyun mulai saat itu menjadi daerah taklukan Mataram.
sumber : http://ceritarakyatdijawatimur.blogspot.com/
Babad Madiun
13.29 |
Label:
I Love Madiun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar